PESONA WATU LUMBUNG DAN CERITA DI DALAMNYA
WASIYANTA 02 Agustus 2021 10:23:26 WIB
Watu Lumbung merupakan salah satu pantai yang terletak di Dusun Widoro, Kelurahan Balong, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul. Menurut beberapa informasi, pantai ini terbentuk akibat letusan Gunung Api Purba. Pantai Watu Lumbung memiliki sebongkah batu raksasa yang tampak seperti pulau yang terpisah dari daratan pantai. Bongkahan batu tersebut sekilas terlihat berbentuk seperti lumbung padi, berujung pada terciptanya nama dari pantai tersebut. Secara bahasa, Watu Lumbung sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu “watu” yang berarti batu dan “lumbung” yang berarti tempat penyimpanan padi (lumbung padi). Keberadaan batu raksasa setinggi 6 meter dengan diameter 5 meter inilah yang kemudian menjadi ikon dari pantai yang terletak di kawasan Gunung Batur ini.
Batu raksasa Watu Lumbung letaknya menjorok 50 meter dari bibir pantai. Ketika air laut surut, para wisatawan pantai dapat menyeberang dan melihatnya dari dekat. Watu Lumbung ini juga dimanfaatkan penduduk lokal - terutama yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan - sebagai tempat untuk memasang perangkap kepiting dan lobster.
Keindahan pantai dengan hamparan batu karang, pemandangan terasering, dan perbukitan hijau nan asri ini dapat menjadi salah satu destinasi wisata yang cocok untuk memulihkan pikiran yang jenuh dengan rutinitas sehari-hari. Kondisi pantai yang bersih serta udara yang sejuk dengan angin sepoi-sepoi menjadi nilai tambah bagi pantai ini yang dapat dinikmati oleh pengunjung.
Selain Watu Lumbung, terdapat beberapa batu lain dengan mitos di dalamnya yang cukup menarik untuk ditelisik lebih lanjut.
- Batu Semar, yang melambangkan sikap mengayomi dan menjadi sesepuh seperti halnya tokoh Semar dalam kisah pewayangan
- Batu Tumpeng (terletak di sebelah utara), dipercaya sebagai tempat tinggal para lelembut
- Batu Halus, berbentuk lantai halus
- Batu Bolong, dipercaya sebagai pintu masuk ke alam gaib dan biasanya diadakan kenduri untuknya
- Batu Bebek (terletak di sebelah barat), berbentuk seperti bebek
- Batu Candi, berbentuk seperti candi dan telah menjadi spot foto yang cukup terkenal
- Batu Pengantin, dipercaya terbentuk akibat adanya pengantin baru yang tenggelam di pantai
Selain keindahan batu karang yang terhampar di sepanjang pantai, menurut info dari Bapak Kiram selaku perwakilan Sadar Wisata Watu Lumbung, terdapat pula Goa Sembaton yaitu lokasi pertapaan Bung Karno zaman dahulu yang belum banyak diketahui. “Mungkin karena tsunami Jogja, (tempatnya) menjadi sedikit rusak. Akan tetapi masih ada sisanya. Di situ juga terdapat mata air yang tidak pernah kering, tetapi untuk mengambilnya harus ‘minta izin’ atau ‘permisi’ terlebih dahulu,” ungkap Pak Kiram.
Banyak masyarakat yang percaya bahwa Watu Lumbung merupakan pusat lelembut. Terdapat beberapa kejadian yang ditengarai merupakan bentuk intervensi dari makhluk halus, di antaranya ada kisah seorang pengunjung yang berwisata dan sudah diperingatkan untuk tidak melakukan beberapa hal yang kurang baik di lokasi tersebut, akan tetapi tetap dilanggar dan akhirnya terjadi hal yang tidak diinginkan. Cerita dan kejadian ini sangat dipercayai oleh masyarakat sekitar, sebagaimana mereka percaya akan sosok “Mbah Jenggot” - sosok penunggu di daerah Watu Lumbung.
Sebagai bentuk pelestarian kearifan lokal yang ada, masyarakat biasanya mengadakan acara sedekah laut atau nyadran. Sedekah laut merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan biasanya diadakan setiap tahun ketika musim panen tiba. Berbagai macam barang dibawa untuk dipersembahkan kepada para penunggu pantai, mulai dari hasil panen hingga hasil ternak. “Biasanya acara sedekah itu dilakukan dua kali dalam setahun, namun (keduanya dilakukan) di beda padukuhan. Tetapi untuk acara pembuangan sesajen seperti kepala kambing tetap (dilakukan) di Watu Lumbung,” tambah Pak Kiram.
Sesuai dengan hakikatnya, keindahan alam lain tentu memiliki cerita-cerita unik yang sangat melekat dan dipercayai oleh masyarakat. Namun, setiap cerita yang ada hendaknya menjadi suatu bentuk piweling bagi kita untuk tetap menjaga setiap keindahan alam yang telah dianugerahkan Tuhan. Menjaga kebersihan, keasrian, serta kelestarian ekosistem Pantai Watu Lumbung menjadi tanggung jawab kita sebagai masyarakat sekitar maupun pengunjung. Sebagaimana pepatah Jawa yang berbunyi “memayu hayuning pribadi, memayu hayuning kulawarga, memayu hayuning sesama, memayu hayuning bawana”, sudah merupakan kewajiban bagi kita untuk menjaga dan turut merawat antar sesama makhluk hidup dan lingkungan, karena sejatinya alam adalah guru.
Tim KKN PPM UGM 2021
Unit Desa Tileng-Balong
“Memayu hayuning pribadi, memayu hayuning kulawarga, memayu hayuning sesama, memayu hayuning bawana”
Dokumen Lampiran : PESONA WATU LUMBUNG DAN CERITA DI DALAMNYA
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Statistik Kunjungan
Hari ini | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Kemarin | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Pengunjung | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
- Safari Tarweh di Masjid At'taqwa Ngelo I, Balong dari Kapanewon Girisubo
- Selamat menunaikan ibadah Puasa Ramadhan 1446 Hijriah
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Kalurahan Balong Tahun 2025
- Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kalurahan Tahun 2024
- Tirakatan Dumadining Kabupaten Gunungkidul ke 194
- Tirakatan Malam HUT RI Ke 79 di Kalurahan Balong, Girisubo, Gunungkidul
- Rembuk Stunting Kalurahan Balong, Kapanewon Girisubo Tahun 2024